Hari Kasih Sayang atau Valentine's Day yang akan diperingat pada tanggal 14 Februari nanti, ternyata mendapat sorot yang serius dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Seperti yang dilakukan oleh MUI Pamekasan, Madura, Jawa Timur, yang melarang umat Islam khususnya remaja dan pemuda untuk merayakan Hari Valentine. Hal ini disampaikan oleh ketua MUI cabang Pamekasan, K.H. Lailurrrahman di Pondok Pesantren Ummul Qura Blumbung, Pamekasan kemarin, Kamis (11/2).
Lailurraman mengatakan, pelarangan itu dikeluarkan karena sering terjadi penyalahgunaan terhadap perayaan hari Valentine oleh kaum remaja dan pemuda. Menurutnya, Valentine hanya menjadi ajang hura-hura saja. Dia menegaskan bahwa Hari Valentine bukan tradisi umat Islam. Jadi, dia menilai sangat wajar jika MUI melarang perayaan tersebut meskipun dia tidak menyebut memperingati hari Valentine adalah haram.
Sebelum MUI Pamekasan mengeluarkan larangan tersebut, MUI Kabupaten Bangka telah lebih dulu mengharamkan perayaan Valentine karena menilai hal tersebut hanya buatan manusia dan berasal dari budaya Barat.
Jika ditinjau dari segi sejarah, berdasarkan Ensiklopedi Katolik (Catholic Encyclopaedia 1908), hari Valentine sebenarnya berasal dari peringatan kepada Santo Valentinus. Valentinus adalah tokoh terkemuka di Roma, Italia, pada 143 Masehi, yang mengemukakan gagasan hidup dengan cinta dan kasih sayang adalah dambaan bagi semua orang. Ide ini kemudian diminati kebanyakan pemuda ketika itu. Tradiri merayakan hari Kasih Sayang ini baru berkembang di abad ke 19 M.
Valentine's Day memang bukan budaya asli Indonesia, namun budaya ini sudah sangat mendunia. Sehingga kita harus bijaksana jika akan merayakannya. Hari Kasih Sayang harus dimaknai dengan kasih seperti yang tertulis dalam 1 Korintus 13:4-7, "Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu."
0 komentar:
Posting Komentar