MOMEN paling ditunggu para pandemen sepakbola sejagat itu akhirnya tiba. Inter Milan berhadapan dengan Chelsea di first leg 16 besar Liga Champions Eropa. Laga yang akan digelar di Stadion Giuseppe Meazza (Milan) pada Kamis (25/2) dini hari WIB nanti ini, dipastikan bakal mendongkrak adrenalin kedua kubu yang berseteru.
Laga Inter Milan versus Chelsea tidak hanya mewakili dua kutub sepakbola di Eropa (Italia dan Inggris). Namun juga terkait dengan reputasi pelatih kedua tim. Jose Mourinho di kubu Inter dan Carlo Ancelotti di Chelsea. Lebih spesial, karena sosok Mourinho disebut-sebut (menyebut diri) sebagai peletak fondasi atas kekuatan The Blues (sebutan Chelsea) saat ini.
Sudah menjadi cerita yang lazim didengar bahwa Mourinho adalah sosok yang membuat Chelsea menjadi setangguh sekarang. Pada awal kedatangannya di London pada awal musim panas 2005, pria asal Portugal ini melakukan revolusi besar-besaran. Membangun kekuatan Chelsea dari fondasi paling dasar. Di musim pertamanya ia langsung memberikan gelar Premier League, disambung musim berikutnya. Plus dua trofi Piala Liga (2005 dan 2007) serta Piala FA (2007).
Mourinho tidak hanya melepaskan dahaga fans Chelsea dengan trofi Premier League setelah 50 tahun. Ia juga dipuja sebagai tactician paling sukses di klub asal London barat ini. Mourinho pun tanpa sungkan menyebut dirinya The Special One.
Kali ini Mourinho berada di lini seberang. Menjadi musuh yang harus ditaklukkan. Chelsea sendiri belum banyak berubah. Masih menjadi klub raksasa yang memiliki karakter ‘membunuh’. Di bawah kendali Carlo Ancelotti, John Terry dan kawan-kawan tetap merupakan ‘predator’ yang ganas. Tetapi, Mourinho mengaku sudah sangat hafal karakter mereka.
“Saya tahu pasti kelemahan Chelsea. Saya juga tahu starting line up yang akan dipasang Ancelotti. Hanya Nicolas Anelka dan Branislav Ivanovic yang bukan mantan anak asuh saya,” koar Mourinho dikutip Sky Sport.
Selebihnya, mulai dari kiper Petr Cech, Ricardo Carvalho, John Terry, Ashley Cole, Michael Essien, John Obi Mikel, Didier Drogba, Florent Malouda, Joe Cole hingga Salomon Kalou adalah mantan anak didiknya. Mourinho kadung janji kepada Interisti bahwa dia akan mengalahkan Chelsea. Pastinya, pertandingan ini bakal berlangsung emosional.
“Jika seorang pemain Chelsea bahagia berlebihan saat mengalahkan saya dibanding manajer lain, tentu saya akan sangat sedih,” ujar Mourinho. “Sebaliknya, jika saya bahagia mengalahkan mereka dibanding tim lain, baru saya punya alasan kenapa mereka tidak senang dengan saya,” tambahnya.
Meski kemenangan menjadi targetnya, Mourinho menganggap laga kontra Chelsea tak jauh berbeda saat Inter Milan menghadapi tim-tim lain. Dengan kata lain, tak ada kepuasan berlebihan. Semua hanya sebuah bentuk profesionalitas semata. “Jika mereka ingin mengalahkan saya, saya rasa itu sama dengan saat mereka ingin mengalahkan Arsenal atau Porto. Sama halnya jika saya mengalahkan Real Madrid atau Bayern Munich. Tidak lebih dari itu,” tandasnya.
Ketika disinggung mengenai pemain besutan Carlo Ancelotti yang berpeluang menyakiti Inter Milan, Mourinho lebih memilih jawaban diplomatis. “Anda bertanya kepada saya siapa yang akan menyakiti saya? Apakah Didier (Drogba), (Frank) Lampard, Terry atau (Petr) Cech? Jika Anda bertanya pada Ancelotti siapa lebih berbahaya, apakah (Samuel) Eto’o, (Diego) Milito, Julio Cesar atau Maicon, maka dia akan mengatakan yang sama. Jadi, tidak berguna mengatakan siapa yang berbahaya,” ungkapnya.
Dengan kekuatan berimbang, kedua kubu tampaknya lebih memilih menahan diri. Para pemain Chelsea yang notabene memahami style Mourinho, tahu betul bahwa mereka akan bermain menyerang saat main di kandang.
“Jujur saja, cukup membahayakan bagi kami dengan adanya Samuel Eto’o, Diego Milito dan Mario Balotelli. Mereka memiliki kualitas yang bagus,” ujar kiper Petr Cech dikutip Daily Mail. “Namun jika Anda melihat di tim kami terdapat Didier Drogba, Nicolas Anelka dan pemain lain yang dapat menandingi mereka dengan sempurna. Yang penting adalah di lapangan,” kata kiper asal Republik Ceko itu.
Dalam laga ini, beban mungkin saja lebih berat berada di kubu Inter. Javier Zanetti dan kawan-kawan wajib memforsir kemenangan, sebelum menghadapi leg kedua (17/3) di Stamford Bridge yang tentunya bakal lebih ketat. Ini memang bukan ‘big match’ biasa. Tetapi sebuah drama kolosal sepakbola, dengan aktor utamanya adalah sosok bernama Jose Mourinho.
Rabu, 24 Februari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar