Pasangan muda Ardianta Passa (33) dan Dewi Farida (37) sama sekali tidak menyangka putri keduanya, Bilqis Anindya Passa (17 bulan), dinyatakan dokter positif mengidap penyakit atresia bilier. Padahal, perkiraan mereka semula, Bilqis hanya menderita penyakit kuning biasa layaknya kebanyakan bayi yang baru lahir.
“Saya mengira Bilqis hanya perlu dijemur pada matahari pagi seperti kebanyakan bayi lainnya. Ternyata, penyakitnya begitu parah,” kata Dewi saat berbincang dengan Surabaya Post di Jakarta, Selasa (2/2) pagi.
Menurut Dewi, saat baru lahir tidak ada tanda-tanda kelainan pada diri Bilqis. Bayi mungil yang lahir 20 Agustus 2008 itu sepintas terlihat normal dengan suara tangis yang meledak-ledak. Namun, tiga hari usai persalinan, terjadi perubahan warna kulit Bilqis. “Warna kulit anak saya berubah menjadi sangat kuning, perutnya pun membesar,” katanya.
Tim dokter yang melakukan pemeriksaan dengan laser sudah curiga bayi malang itu punya penyakit serius. Namun, mereka masih merahasiakan penyakit Bilqis dan hanya menyarankan agar Dewi memeriksakan Bilqis ke rumah sakit besar yang memiliki perlengkapan lebih canggih.
“Saat itu lansung saya bawa ke Rumah Sakit Thamrin, tetapi oleh RS tersebut disarankan dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM),” katanya.
Dirujuk ke RSCM membuat Dewi langsung tersadar. Jangan-jangan, anaknye menderita penyakit serius. Dia pun memberanikan diri bertanya pada tim dokter RS Thamrin tentang penyakit anaknya.
“Dokter bilang empedu anak saya tidak berkembang secara normal. Bahasa medisnya, anak saya terjangkit penyakit atresia bilier,” katanya.
Atresia Bilier adalah suatu keadaan saluran empedu tidak terbentuk atau tidak berkembang secara normal. Padahal, fungsi dari sistem empedu adalah membuang limbah metabolis dari hati dan mengangkut garam empedu yang diperlukan untuk mencerna lemak di dalam usus halus. Pada atresia bilier terjadi penyumbatan aliran empedu dari hati ke kandung empedu yang bisa menyebabkan kerusakan hati. Biasanya, atresia bilier terjadi karena perkembangan abnormal dari saluran empedu di dalam maupun di luar hati.
Saat tiba di RSCM, tim dokter langsung menyarankan agar Bilqis menjalani operasi. Sebab, jika dibiarkan, organ hati Bilqis bakal mengeras dan tidak berfungsi sama sekali. Didorong kekhawatiran atas keselamatan anaknya, Dewi pun menuruti saran tim dokter RSCM untuk melakukan operasi.
“Biaya operasinya sekitar Rp100 juta. Namun, setelah operasi, kondisi Bilqis tetap tidak menunjukkan kemajuan, bahkan terlihat lebih parah,” tuturnya.
Hingga kini Bilqis terus bolak balik ke rumah sakit. Asal tahu saja, setiap kali ke rumah sakit Bilqis menghabiskan Rp 32 juta. “Hingga hari ini total biaya yang sudah kami keluarkan untuk mengobati Bilqis sekitar Rp 400 juta. Itu pun belum bisa mengembalikan kesehatan Bilqis. Menurut dokter, ia harus menjalani transplantasi hati yang membutuhkan dana sekitar Rp 1 miliar. Lagipula, operasinyapun tidak dapat dilakukan di Indonesia karena minimnya peralatan. Bilqis harus dioperasi di luar negeri,” urai Dewi.
Meski tergolong keluarga berkecukupan, namun Dewi dan Ardianta tidak punya dana hingga sebesar itu. Di titik ini, biaya menjadi kendala.
Saat suntuk mencari jalan keluar itulah Dewi mendapatkan ide itu: membuat koin cinta untuk Bilqis. Ya, serupa Koin Peduli Prita.
Adalah sang paman, Ocan Syamsir yang pertama mendirikan Posko Koin Cinta Bilqis di kediamannya. Selain di rumah Dewi, Posko koin Cinta Bilqis juga tersebar di sejumlah seperti di kawasan Cinere dan Bekasi. Kini, poskonya menyebar dari Bali, Makassar, Solo, Semarang, Jogjakarta, Malang , dan Surabaya .
“Hingga kini dana yang terkumpul mencapai Rp 239 juta lebih,” kata Dewi.
Namun, upaya Dewi untuk mendapatkan dana bantuan melalui cara ini tidak selamanya mudah. Selain bantuan, banyak pula cibiran yang diterimanya saat ini. Termasuk, ada yang menganggapnya sebagai “peminta-minta”.
“Saya tidak peduli orang bilang apa. Tapi mau bagaimana lagi, kami tidak ada biaya. Biar kepala jadi kaki dan kaki jadi kepala, saya bela-belain supaya Bilqis bisa sembuh. Saya sudah hopeless, tapi yang membuat saya yakin adalah kasus Prita. Prita saja bisa mendapat dukungan yang banyak, mudah-mudahan Bilqis juga,” ujar Dewi lirih.
0 komentar:
Posting Komentar