Jakarta (ANTARA News) - Lapisan es seukuran benua di Greenland kian terkikis akibat angin dan arus yang dipicu oleh air yang bertambah hangat ke dalam ceruk, tempat terbentuknya pangkal gletser pantai, demikian hasil studi yang disiarkan Ahad (14/2).
Massa es yang bercokol di puncak Greenland menyimpan cukup banyak air untuk mendorong permukaan air laut global setinggi tujuh meter, sehingga berpotensi menenggelamkan banyak delta dan kota pantai di seluruh dunia.
Saat ini, permukaan air samudra naik sebanyak tiga milimeter per tahun, sedangkan pada awal 1960-an peningkatan ketinggian permukaan air lautan ialah 1,8 milimeter setiap tahun.
Namun sumbangan Greenland telah lebih dari dua kali lipat dalam satu dasawarsa belakangan, dan para ilmuwan menduga perubahan iklim memainkan peran yang sangat besar, kendati bagaimana secara pasti itu terjadi masih menjadi perdebatan sengit.
Sebagian teori menunjuk kepada temperatur udara --yang naik lebih cepat di garis lintang utara-jauh daripada rata-rata global.
Satu gagasan tandingan ialah perubahan arus dan perairan samudra sub-tropis yang bergerak ke arah utara mengikis landasan gletser pantai, menambah cepat alirannya ke laut, terutama gletser yang berada di banyak "fjord" di Greenland.
Secara geologis, "fjord" adalah ceruk sempit yang panjang dengan lereng terjal, yang tercipta di satu lembah yang terbentuk oleh kegiatan gletser.
Namun setakat ini, semua studi itu telah lebih banyak dilandasi atas contoh matematika daripada pengamatan.
Satu tim ilmuwan yang dipimpin oleh Fiametta Straneo dari Woods Hole Oceanographic Institution di Massachusetts bergerak untuk membantu mengisi kekosongan data itu.
Para peneliti tersebut, yang melakukan kegiatan pada Juli dan September 2008, melakukan pengukuran terperinci mengenai kandungan air di Sermilik Fjord, yang menghubungkan Helheim Glacier di bagian timur Greenland dengan samudra.
Mereka mendapati air laut dalam yang mengalir ke dalam ceruk itu memiliki ukuran 3,0-4,0 derajat celsius cukup hangat untuk menerobos ke dasar gletser dan mempercepat lapisan es tersebut tercebur ke lautan.
Peralatan yang ditinggalkan di ceruk itu selama delapan bulan memperlihatkan angin yang berkumpul di garis pantai memainkan peran penting dalam arus air yang lebih hangat tersebut.
"Temuan kami mendukung peningkatan pencairan dasar laut sebagai pemicu bagi bertambah-cepatnya pencairan gletser, tapi menunjukkan gabungan perubahan atmosfir dan samudra sebagai pengendali yang mungkin," kata para peneliti itu, sebagaimana dikutip kantor berita Prancis, AFP.
Dalam satu studi terpisah, Eric Rignot dari Jet Propulsion Laboratory di Pasadena, California, dan rekannya berusaha menghitung bagian relatif penyebab hilangnya sungai es.
Para ilmuwan itu, yang menyelidiki bagian barat Greenland, melakukan pengukuran samudra pada Agustus 2008 di tiga ceruk di dasar empat sungai es yang pecah ke dalam laut, proses yang dikenal sebagai "calving".
Pencarian samudra, mereka mendapati, bertanggung jawab antara 20 dan 75 persen hilangnya es di permukaan gletser, dan pemisahan dari bagian bongkahan es yang terpajan terhadap udara mengisi sisanya.
Sementara itu, satu studi yang juga diterbitkan di dalam jurnal Nature Geoscience memperingatkan bahwa samudra dapat menjadi lebih asam dalam waktu lebih cepat daripada kapan pun selama 65 juta tahun terakhir.
Andy Rigwell dan Daniella Schmidt dari University of Bristol, bagian barat Inggris, membandingkan perubahan yang lalu dan masa depan dalam keasaman samudra dengan menggunakan simulasi komputer.
Mereka mendapati permukaan samudra menjadi asam bahkan lebih cepat daripada yang terjadi selama episode yang terdokumentasi dengan baik mengenai pemanasan rumah kaca 55,5 juta tahun lalu.
Bertambah-cepatnya keasaman sudah mulai merenggut korban pada sejumlah hewan laut yang memainkan peran penting dalam rantai makanan samudra dan membantu menyerap sangat banyak CO2 dari atmosfir.
"Calsium carapace" hewan yang sangat kecil yang disebut "foraminifera", yang hidup di Samudra Selatan, misalnya, sudah kehilangan sebanyak sepertiga berat normalnya.
Sabtu, 13 Maret 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar