Breaking News
Loading...
Kamis, 14 Januari 2010

Melacak Penyebab Cuaca Ekstrim

Melacak Penyebab Cuaca Ekstrim
oleh Wulan Tunjung Palupi
Ini sekadar kondisi cuaca temporer ataukah dampak dari perubahan iklim?
Aktivitas tak biasa terlihat di pelabuhan Tianjin, Cina, hari-hari ini. Perangkat pemecah es dikerahkan agar kapal-kapal dapat bersandar di pelabuhan terbesar di Cina bagian utara itu.
Tak hanya Tianjin. Cuaca beku juga mendera bagian Cina lainnya, dengan tumpukan salju mencapai ketinggian 1,5 meter. Negara tirai bambu ini sedang mengalami cuaca terdingin dalam 40 tahun terakhir.
Kebekuan juga membelit Eropa, akhir pekan lalu, sehingga lebih dari 200 penerbangan ditunda. Data dari Badan Meteorologi InRfiris mencatat, suhu udara di sebagian besar wilayah negeri ini turun 1,5-2.5 derajat Celsius dari suhu rata-rata dalam 30 tahun terakhir. Bahkan di Skotlandia, terjadi penurunan suhu yang lebih drastis 2,5-3,5 derajat Celsius dari suhu rata-rata. Alhasil, di sejumlah tempat di Skotlandia, suhu sempat jatuh hingga minus 15 derajat Celsius.
Alam sepertinya tidak dalam mood yang baik. Secara keseluruhan, cuaca global saat ini menjadi kian sulit diprediksi. Belahan Bumi bagian utara mencatat rekor baru dalam banyaknya salju yang turun.Dan ini terjadi hampir merata mulai dari Amerika Utara, daratan Eropa hingga Cina.
Gara-gara cuaca ekstrem ini, denyut kehidupan masyarakat Beijing nyaris terhenti karena tumpukan salju. Para petani jeruk di Florida pun terancam gagal panen karena cuaca dingin. Di Polandia, tercatat 13 orang meninggal karena suhu yang puluhan derajat di bawah nol. Di pegunungan Alpen yang masuk wilayah Italia, tercatat tujuh korban meninggal cuaca beku ini.
Cuaca ekstrem serupa juga menyergap sebagian Asia. Tak hanya Cina, Korea Selatan pun mengalami musim dingin terburuk dalam 60 tahun terakhir. Salju yang mengguyur Seoul misalnya, tercatat yang terbanyak sejak 1937.
Panas di bagian selatan
Cuaca yang tak biasa juga terjadi di belahan Bumi bagian selatan. Di kawasan ini, temperatur cenderung menghangat dengan curah hujan yang agak berbeda dari biasanya.
Di Asia Selatan dan Afrika, tahun 2009 dirasakan sebagai tahun terpanas. Badan penelitian atmosfer Amerika Serikat, NOAA, mencatat, suhu permukaan laut pada Agustus 2009 merupakan yang terhangat sejak 1880. Sedangkan KTT Perubahan Iklim di Kopenhagen, Denmark beberapa waktu lalui mencatat, tahun 2009 bisa jadi masuk dalam top five tahun terpanas sepanjang sejarah.
Kepala Badan Meteorologi Beijing, Guo Hu, menghubungkan kondisi tak biasa ini dengan pola di atmosfer yang dipengaruhi pemanasan global.
"Dalam konteks pemanasan global, perubahan atmosfer yang ekstrem menyebabkan cuaca yang ekstrem pula," ujar dia seperti dikutip Beijing News. Hal ini, kata Guo, tecer-iin11 pada beberapa kejadian cuaca ekstrem di berbagai penjuru dunia Sekadar contoh, pada pertengahan musim panas lalu di Cina bagian selatan, terjadi hujan badai dan hujan es yang melebihi biasanya.
Namun Kepala Pemantau Iklim NOAA, Deke Arndt, berpendapat sebaliknya Menurut dia, terlampau dini untuk menyimpulkan cuaca yang abnormal ini merupakan dampak dari perubahan iklim, baik pemanasan global maupun pendinginan global.
"Intinya ini adalah rangkaian cuaca yang terjadi secara simultan di bawah skala iklim. Ini kejadian yang skalanya berbeda dengan perubahan iklim," jelasnya.Super dingin ini berasal (Uni hembusan hawa dingin dari wilayah Arktik. Karena bersumber dari Arktik. sehingga cuaca ekstrem ini kebanyakan terjadi di Bumi bagian utara.
Gelombang udara dingin dan Samudra Arktik ini mendera daratan Eropa sejak pertengahan Desember lalu. Akibatnya, temperatur di sejumlah wilayah Eropa jatuh hingga minus 20 derajat di bawah nol.
Arndt dan beberapa ahli lainnya yakin, cuaca beku ini hanya bersifat temporer. Artinya, bukan merupakan tren global yang bakal berlangsung dalam jangka panjang. Sekali lagi, Arndt menekankan, cuaca ekstrem ini bukan dampak dari perubahan iklim.
"Butuh waktu yang lebih lama untuk membuktikan, kondisi ini merupakan dampak dari perubahan iklim, bukan sekadar cuaca yang temporer."

0 komentar:

Posting Komentar

 
Toggle Footer
Obrolan