Breaking News
Loading...
Sabtu, 16 Januari 2010

Warga Aceh Shalat Gerhana Matahari

BANDA ACEH - Gerhana matahari yang terjadi Jumat (15/1) mulai pukul 13.39 hingga 16.45 WIB direfleksikan oleh masyarakat Aceh dengan rasa syukur atas kebesaran Allah SWT dengan melaksanakan shalat gerhana matahari (khusuf) di hampir seluruh masjid, termasuk Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh. Shalat khusuf dua rakaat di Masjid Raya Baiturrahman diimami oleh Tgk Faizal Adriansyah. Dalam cermahnya seusai shalat khusuf, Tgk Faisal mengatakan, gerhana matahari adalah fenomena alam yang menunjukkan kebesaran Allah SWT dan tidak boleh dikaitkan dengan hal-hal gaib.

Fenomena alam berupa gerhana matahari berlangsung sejak pukul 13.39 WIB hingga 16.45 WIB, terlihat jelas di Kota Banda Aceh, Lhokseumawe, dan sejumlah kawasan lainnya di provinsi ini. Saat menjelang puncak gerhana, alunan surat Yasin bergema dari pengeras suara di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh. Selain masyarakat yang berkumpul di Masjid Raya Baiturrahman, tak sedikit pula yang berkelompok di pinggir jalan atau dari rumah masing-masing menyaksikan fenomena alam langka tersebut. Untuk menghindari pemandangan dengan mata telanjang, banyak warga yang menggunakan pelindung dari kaca film maupun kacamata hitam dan helm.

Sebagaimana dilansir Kompas.com, gerhana yang berlangsung 11 menit delapan detik ini melewati Afrika bagian tengah, Samudera India, dan sebagian wilayah Indonesia. Titik maksimum gerhana terjadi di Samudra Hindia, tetapi masyarakat yang tinggal antara lain di Afrika Tengah, Kenya, Cina, dan Myanmar bisa melihat fase gerhana cincin. Adapun total jalur penumbra gerhana ini mencapai 333 kilometer. Di Indonesia, gerhana ini hanya terlihat parsial atau sebagian sehingga tidak akan terlihat berbentuk seperti cincin saat puncaknya. Hanya sedikit bagian matahari yang tertutup bayang-bayang bumi, tak lebih dari 10 persen. “Kecuali di Aceh yang bisa 50 persen,” tutur Clara Yatini, Kepala Bidang Matahari dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan).

Wilayah Indonesia yang bisa melihat gerhana matahari pada Jumat kemarin adalah Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan, dan sebagian Sulawesi. Proses gerhana yang dimulai dengan masuknya bayang-bayang bulan di permukaan bumi akan dimulai pukul 14.39 WIB. Puncak gerhana terjadi pada 15.55 WIB. Pakar-pakar astronomi menyebutkan, gerhana yang terjadi Jumat kemarin merupakan gerhana anular (gerhana matahari cincin). Gerhana matahari cincin terjadi saat bulan berada jauh dari bumi sehingga piringannya terlihat kecil dan tidak dapat menutupi seluruh piringan matahari. Piringan matahari yang tertutup oleh piringan bulan hanya bagian tengahnya saja, sehingga bagian pinggir matahari tidak tertutup. Oleh karena itu piringan matahari akan terlihat dari muka bumi seperti lingkaran cincin yang bercahaya.

Peristiwa gerhana semakin sulit diramalkan karena pengetahuan astronomi sudah sangat berkembang serta alat-alat pengukuran dan pengamatannyapun sudah semakin canggih. Gerhana matahari cincin pada Jumat kemarin menjadi gerhana matahari paling lama di milenium ini. Gerhana matahari yang selama ini lebih dari 11 menit, baru akan kembali terjadi pada 1.033 tahun kemudian, yaitu tepatnya pada tahun 3043. Menurut catatan, gerhana matahari selama ini hanya dikalahkan pada peristiwa tahun 1992 yaitu dengan waktu 11 menit 41 detik.

 Di Tapaktuan
Warga Tapaktuan, Aceh Selatan, cukup antusias juga menyaksikan fenomena alam gerhana mata hari yang terjadi Jumat siang kemarin. Ratusan warga, mulai pejabat hingga tukang becak berjejer di depan Masjid Agung Istiqamah Tapaktuan menyaksikan fenomenan alam tersebut. Selain menggunakan pelindung mata dari kaca film, helm, dan lainnya, tak sedikit pula yang mengamati dari dalam mobil. Dedek (30), warga Desa Padang, Tapaktuan bersama dengan keluarganya terlihat sangat menikmati fenomena alam itu dan mengaku sudah mengetahui akan adanya gerhana matahari melalui media sejak beberapa hari lalu.

Menurutnya, gerhana matahari sudah terlihat sejak pukul 14.00 WIB namun baru terlihat jelas sekitar pukul 15.21 WIB setelah langit yang sempat ditutupi mendung kembali cerah. “Sangat luar biasa,” ujar Dedek dibenarkan seorang warga lainnya, Afit (36), warga Jalan Merdeka, Tapaktuan. Bahkan, Afit sejak pagi sudah menyiapkan negatif film untuk pelindung mata ketika menyaksikan fenomena alam tersebut.(edu**)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Toggle Footer
Obrolan