Breaking News
Loading...
Rabu, 06 Januari 2010

Tsunami, 1.000 Warga Kehilangan Rumah

HONIARA, KOMPAS.com Lebih dari 1.000 warga Kepulauan Solomon di Pasifik Selatan kehilangan tempat tinggal akibat tertimbun tanah longsor dan teterjang tsunami menyusul gempa besar pada Senin (4/1/2010). Bencana terparah menimpa penduduk pesisir di pulau-pulau terpencil Rendova dan Tetapare.
Kepala Kantor Manajemen Penanggulangan Bencana Kepulauan Solomon Adrea Loti menjelaskan hal itu, kemarin di Honiara, ibu kota negara Kepulauan Solomon. Gempa tektonik berkekuatan 7,2 skala Richter terjadi hari Senin sekitar pukul 09.30 waktu setempat dan membuat warga panik luar biasa karena teringat akan peristiwa serupa sebelumnya.
Gempa susulan cukup besar, berkekuatan lebih dari 5,1 skala Richter, pun terjadi berkali-kali sehingga menyebabkan tanah longsor di wilayah perbukitan dan pegunungan, serta naiknya air laut atau tsunami hingga setinggi tiga meter. Belum ada laporan mengenai jatuhnya korban jiwa ataupun luka-luka akibat bencana itu. Akan tetapi, 200-500 rumah rusak berat akibat tanah longsor dan tsunami.
Loti juga menyebutkan, hasil pemantauan dari udara memperlihatkan bahwa kerusakan terparah dialami penduduk di Pulau Renova, diikuti penduduk Pulau Tetapare. Renova terletak sekitar 190 mil laut atau 300 kilometer dari Honiara. Menurut Badan PBB untuk Anak-anak (Unicef), pulau tersebut dihuni oleh sekitar 3.600 orang.
Foto yang diambil dari helikopter polisi pada Selasa memperlihatkan puing-puing bangunan rumah berjajar di tepi pantai. Ratusan rumah di pantai Rendova dan Tetapare hancur. Tebing bukit dan gunung di banyak tempat tampak menganga akibat tanah longsor.
Belajar dari pengalaman
Bencana kali ini tidak sampai memakan korban jiwa sebab warga sudah belajar dari bencana serupa sebelumnya.
Warga mendirikan tenda-tenda darurat di tempat yang aman. Pada April 2007, gempa bumi berkekuatan 8,1 skala Richter memicu tsunami dan menewaskan sedikitnya 52 orang. September lalu, kombinasi gempa bumi-tsunami menewaskan lebih dari 200 warga Samoa dan Tonga.
”Dengan demikian, begitu terjadi gempa, penduduk menjadi sangat sensitif. Guncangan gempa membangkitkan lagi kenangan mereka sebelumnya. Mereka berlarian berduyun-duyun ke tempat tinggi yang lebih aman,” kata Komisaris Polisi Peter Marshall kepada wartawan.
Marshall menambahkan, fakta yang terjadi pada siang itu, tsunami dan tanah longsor justru terjadi di daerah yang relatif jarang penduduknya. Kalaupun terjadi di kawasan permukiman, penduduk sudah lebih dahulu menghindar. Pengalaman akan bencana serupa sebelumnya merupakan pelajaran berharga.
Danny Kennedy, pemilik toko penyedia alat-alat selam di ibu kota Provinsi Gizo, mengatakan, gempa yang pernah dirasakan sebelumnya membuat dia lebih sigap menghadapi gempa kali ini. Semua orang mesti tahu bahwa jika terjadi guncangan gempa selama lebih dari 20 detik, atau air laut tiba-tiba surut, itu tanda untuk warga agar segera pindah ke tempat yang aman.
Perahu polisi berpatroli untuk memeriksa kondisi kawasan pesisir, Selasa. Tampak banyak rumah tergenang air laut. Letak rumah warga pun hampir sejajar dengan permukaan laut sehingga jika terjadi tsunami hampir pasti akan terkena dampaknya.
Perwakilan Unicef Wilayah Pasifik Isye Ndombi mengatakan, sebenarnya pemerintah sedang membangun kembali 19 sekolah di pulau tersebut setelah tsunami tahun 2007. Bencana kali ini membuat warga terpukul, tetapi mereka amat tertolong karena memiliki pengalaman gempa dan tsunami sebelumnya.
Aparat dari Manajemen Bencana Nasional sudah mengirim bantuan dengan dua perahu motor. Bantuan diperkirakan tiba di wilayah yang terkena bencana itu pada hari Selasa atau Rabu ini. Pemerintah mengimbau warga agar tetap bertahan di tempat pengungsian.
Larangan itu disiarkan kepada warga sebab gempa-gempa susulan yang cukup besar, di atas 5,1 skala Richter, diperkirakan akan terus terjadi selama tiga hari sejak Senin. Petugas juga mengevakuasi 10 turis dari Pulau Tetapare. (AP/AFP/CAL)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Toggle Footer
Obrolan