Breaking News
Loading...
Sabtu, 09 Januari 2010

Hanya 4 Hari Buku "Cikeas Mejawab" diterbitkan di Jogja

SLEMAN- Buku “Membongkar Gurita Cikeas” karangan George Junus Aditjondro memang fenomenal. Buku setebal 40 halaman itu cukup mengusik banyak kalangan. Terutama orang-orang yang ‘merasa’ turut disentil dalam buku bergambar gurita raksasa itu. Momen ini pun agaknya menjadi aji mumpung bagi sebagian orang demi popularitas. Buku tandingan mulai bermunculan di saat isu “Gurita Cikeas” sedang menurun. Mantan jurnalis Tempo Setiyardi Negara telah meluncurkan buku berjudul 'Hanya Fitnah dan Sensasi' di Hotel Cemara, Jakarta Pusat, Rabu (6/1). Buku itu untuk menjawab ‘fakta-fakta’ yang disajikan oleh George Junus Aditjondro.
Buku tandingan serupa juga diluncurkan di Jogja. Buku berjudul “Cikeas Menjawab” karya Graha Maeswara ini diterbitkan oleh penerbit Narasi (Media Pressindo Group) yang beralamat di Perum Nogotirto II, Sleman. Dibanding buku Gurita Cikeas yang memakan waktu berbulan-bulan penulisannya, penulis “Cikeas Menjawab” yang bernama asli Lilih Prilian Ari Pranowo hanya butuh waktu 4 hari saja. “Persiapan mulai 31 Agustus 2009, selesai cetak sekitar 3 hari lalu (4 Januari 2010),” ujarnya ditemui di markas Media Pressindo Group, kemarin (7/1). Garda mengatakan, meski buku bersampul biru dengan gambar Presiden SBY sedang duduk di kursi sambil mengepalkan tangan itu berjudul “Cikeas Menjawab”, isinya bersifat netral. Bukan opini. Garda mengaku ingin memadukan dua sisi, baik versi George atau orang-orang yang merasa dirugikan oleh dosen Marxisme Universitas Sanata Dharma Jogja itu. Seperti halnya Setiyardi Negara, Garda Maeswara pun menulis buku hanya bermodal rangkuman berita-berita di internet seputar bantahan buku karangan George. Waktu empat hari memang relatif singkat. Namun, Garda tak mau disebut bukunya prematur lantaran hanya berisi rangkuman berita internet. Bahkan komentar beberapa tokoh nasional yang berada di sampul belakang buku hanya mengutip dari pemberitaan media massa online. Itupun isinya bukan komentar pribadi soal isi buku Cikeas Menjawab. Tapi berupa pendapat tokoh-tokoh yang tidak sepakat dengan buku karya George Aditjondro. Seperti Ketua MK Mahfud MD, Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Jubir Presiden SBY Aldrin Pasha hingga Ketua DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum. Penulisan yang terkesan terburu-buru itu, menurut Garda disebabkan adanya informasi Presiden SBY juga akan menulis buku tandingan Gurita Cikeas. “Kalau kami tidak cepat, ya bisa kalah. Tapi kalau Gurita Cikeas dibiarkan lama tak ada tandingan, tidak seimbang,” katanya beralasan.
Garda membantah, karyanya itu sebagai titipan dari oknum di Cikeas. “Jelas bukan. Apalagi saya tidak ada hubungan dengan Cikeas,” tutur Garda. Kendati begitu, alumni Fakultas Ilmu Sejarah UNY tahun 2002 itu mengaku akan mengirimkan satu eksemplar buku karangannya ke pusat. “Ada tim sukses SBY yang memesan buku ini,” ungkapnya. Pada sisi lain, Garda mengaku memanfaatkan momen memanasnya isu “Gurita Cikeas” untuk keperluan komersil. Selain itu, juga dilatarbelakangi pengalamannya menulis buku biografi politik Susilo Bambang Yudhoyono sebelum pemilihan presiden beberapa waktu lalu. SBY sengaja dipilih sebagai objek tulisannya karena dianggap paling marketable. “Saya sebagai penulis hidup dari buku. Makanya saya menulis yang kira-kira paling laku di jual,” dalihnya saat ditanya alasan tidak memilih tokoh calon presiden selain SBY.
Pemimpin Redaksi Penerbit Narasi Yogaswara mengatakan buku setebal 172 halaman itu dicetak pertama kali sebanyak 4 ribu eksemplar dengan harga pasaran Rp 36 ribu/biji. “Hari ini (kemarin) mulai kami distribusikan,” katanya. Berbeda dengan Gurita Cikeas yang langsung hilang di pasaran sehari setelah diluncurkan, buku Cikeas Menjawab lebih mudah didapatkan di toko-toko buku. Manager Marketing Media Pressindo Goup Indra Gunawan alias Acong mengaku belum bisa memenuhi pesanan dari toko-toko buku di Jogja dan sekitarnya. “Awalnya kami memang hanya cetak 4 ribu eksemplar. Besok (hari ini) akan kami cetak lagi 5 ribu eksemplar sebagai penambahan cetakan pertama,” ujarnya. (yog)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Toggle Footer
Obrolan