Breaking News
Loading...
Senin, 04 Januari 2010

Tegak di Antara Jejak Sejarah

Tidak hanya monumen atau lambang kota yang menjadi landmark daerah, tetapi terkadang pula gedung balaikota sebagai tempat pimpinan tertinggi di daerah tersebut menjalankan tugas sehari-harinya. Salah satu contohnya adalah Gedung Sate di Bandung yang menjadi landmark Provinsi Jawa Barat. Hal ini pula yang terjadi di Kota Makassar, dimana gedung balaikota menjadi salah satu penanda daerah ini.

Menyadari hal tersebut, pemerintah kota tiada henti-hentinya mempercantik melalui renovasi fisik bagi warisan sejarah kolonial Belanda ini. Salah satu upa­yanya yaitu dengan pembangunan Balaikota Tower (Menara Balaikota) yang  merupakan lanjutan dari pembangunan gedung lama dan sekaligus sebagai tonggak modernisasi pusat pemerintahan di Makassar. Karena dibangun dalam kawasan reservasi dan konservasi, maka gedung ini pun mengambil konsep yang diadaptasi dari gedung yang telah ada sebelumnya.

Balaikota dibangun menjulang dengan 12 lantai dan digolongkan menurut fungsi masing-masing ruangan. Lantai dasar yang merupakan area terbuka, dikelilingi oleh taman dan difungsikan sebagai hall dan memiliki luas sekitar 634,32 meter persegi. Lantai dasar ini dilengkapi dengan lavatory pria dan wanita serta pantry.

Demikian halnya dengan lantai 2 yang juga difungsikan sebagai hall. Lantai 3 hingga 6 akan difungsikan sebagai ruang staf. Dengan luas 716,32 meter persegi, tiap lantai dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti ruang kerja staf, ruang rapat, ruang informasi, hall, dua ruang ketua, pantry serta lavatory pria dan wanita. Lantai berikutnya, yakni lantai 7 akan dipergunakan oleh asisten I hingga asisten IV. Sedangkan lantai 8 digunakan sebagai ruang kerja oleh wakil walikota dan sekretaris kota.

Lantai 9 akan dikhususkan bagi ruang kerja walikota. Layaknya pemimpin kota, maka fasilitas kerjanya pun terbilang lengkap, seperti ruang rapat, ruang tamu dan tamu khusus, ruang perjamuan, ruang sekretaris dan ruang istirahat walikota. Ruang kerja walikota ini akan berhubungan langsung dengan lantai 10 yang merupakan ruang pola. Naik satu tingkat ke atas, maka akan ditemui lantai 11 yang dikhususkan sebagai restoran yang terbuka untuk umum. Sedangkan top floor di lantai 12 dikhususkan sebagi area terbuka yang dapat digunakan oleh seluruh masyarakat untuk melihat pemandangan kota menggunakan teropong.

Sebagai penghubung antara gedung lama dan gedung baru, dibangun selasar 3 buah, yaitu di sisi barat, utara dan timur. Untuk menunjang kelengkapan gedung, di kawasan balaikota ini pun rencananya akan dibangun area parkir berlantai tujuh di sebelah selatan gedung utama dan mampu memuat ratusan kendaraan.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Toggle Footer
Obrolan