Breaking News
Loading...
Sabtu, 08 Mei 2010

KS Steel Siap Garap Inalum

JAKARTA – PT Krakatau Steel (KS) menyatakan siap melakukan kajian terhadap proyek PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) seperti yang diusulkan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).  Direktur Utama KS, Fazwar Bujang mengatakan, sejauh ini pihaknya belum mendapat instruksi langsung dari pemegang saham terkait dengan usulan tersebut. “Jika itu penugasan, kami siap untuk memberikan kajian dengan sunguh-sunguh. Semua opsi yang ditawarkan akan kami sikapi dulu dengan positif.

Tapi Intinya, kita turuti apa yang menjadi keputusan pemerintah," kata Fazwar di Gedung DPR Jakarta, Selasa (4/5).Fazwar mengaku belum tahu persis apakah proyek itu bakal menguntungkan atau tidak. Sebab, KS masih harus melakukan kajian lebih dalam untuk menghindari kesalahan perencanaan. “Akan kita pelajari dulu lebih mendalam, siapa tahu nanti  menguntungkan bagi kita,” ujar Fazwar.

Fazwar juga mengakui, jika sektor bisnis KS tak jauh berbeda dengan Inalum “Kita sama-sama dibidang peleburan,” ucapnya. Dimana, KS memproduksi baja, sedangkan Inalum pada produksi alumunium metal. “Perusahaan baja juga ada yang bergerak di alumunium,” lanjutnya.

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa menjelaskan, pemerintah hingga saat ini masih mempersiapkan tim untuk menegoisasikan kerjasama dengan Jepang supaya didapatkan hasil yang menguntungkan bagi kedua belah pihak. “Hingga saat ini belum ada keptusan apapun terkait Inalum. Tapi, Jepang ingin ada perbaikan. Semacam perpanjangan kontrak,” kata Hatta.

Menteri BUMN Mustafa Abubakar membenarkan hal itu, pihaknya masih menunggu hasil kajian tim teknis yang akan memberikan rekomendasi di bawah koordinasi Kementerian Perindustrian. “Kami tentunya ingin lebih terlibat dalam Inalum, dengan mengajukan sejumlah opsi. Tapi, hingga saat ini, kami masih menunggu hasil kajian dari tim teknis,” tuturnya.

Mustafa mengakui, jika pihak Jepang melalui duta besarnya beberapa waktu lalu menemui pihaknya. Pertemuan itu membahas sejumlah opsi yang diajukan Jepang dan negoisasi antara kedua belah pihak.  “Kami siap untuk masuk jika telah menerima hasil kajiannya,” katanya.

Sebelumnya Mustafa menyampaikan, pihaknya menyiapkan perusahaan pelat merah, PT Krakatau Steel dan PT Aneka Tambanag menjadi pengelola Inalum setelah masa kontrak Jepang berakhir pada 2013. Pembahasan passa 2013 hingga saat ini masih berlangsung antara Kementerian Perekonomian dan Kementerian Perindustrian yang akan membicarakan langsung dengan Jepang.

Pada 6 Januari 1976, PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM), sebuah perusahaan patungan antara pemerintah Indonesia dan Nippon Asahan Aluminium Co., Ltd, didirikan di Jakarta. Inalum adalah perusahaan yang membangun dan mengoperasikan Proyek Asahan, sesuai dengan Perjanjian Induk.
Saat ini, saham pemerintah masih minoritas. Jepang menguasai 58,9 persen saham Inalum melalui Nippon Asahan Alumminium (NAA). Sementara, pemerintah Indonesia hanya memiliki 41,1 persen. Saham NAA dikuasai 50 persen oleh Japan Bank for International Cooperation (JBIC) dan 50 persen milik swasta Jepang.

Perbandingan saham antara pemerintah Indonesia dan Nippon Asahan Aluminium Co., Ltd pada saat perusahaan didirikan adalah 10 persen dengan 90 persen. Pada bulan Oktober 1978 perbandingan tersebut menjadi 25 persen dengan 75 persen dan sejak Juni 1987 menjadi 41,13 persen dengan 58,87 persen. Dan sejak 10 Februari 1998 menjadi 41,12 persen dengan 58,88 persen.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Toggle Footer
Obrolan