ANGKUTAN UMUM KA Parahyangan Resmi Stop Operasi Hari Ini
JAKARTA (Suara Karya): PT Kereta Api (PT KA) resmi menghentikan pengoperasian KA Parahyangan jurusan Bandung-Jakarta mulai Selasa (27/4) ini. Penghentian operasional dengan alasan penumpang KA Parahyangan menurun drastis pascapengoperasian Jalan Tol Purbaleunyi dan Cipularang.
"KA Parahyangan akan mengakhiri masa baktinya pada Selasa ini ditandai dengan kegiatan joy ride atau menumpang KA Parahyangan terakhir dari Jakarta ke Bandung. Kemudian, para komuter Bandung-Jakarta tak lagi bisa menumpang KA Parahyangan," kata Kepala Humas PTKA Daop II Bandung, Bambang Setya Pramono di Bandung, kemarin. Selama ini, pemberangkatan KA Parahyangan dari Bandung sebanyak lima kali per hari. Okupansi yang rendah terjadi baik untuk pemberangkatan dari Bandung maupun dari Jakarta. KA tersebut hanya penuh pada akhir pekan. Dia mengakui, penumpang KA Parahyangan yang okupansinya berkutat di bawah 50 persen itu biasanya memang hanya penuh pada akhir pekan, terutama saat long weekend, terutama dari Jakarta ke Bandung. Bahkan, kata dia, pada akhir pekan (weekend) kemarin penumpang KA Parahyangan tidak beranjak, padahal merupakan weekend terakhir bagi KA yang dioperasikan sejak 31 Juli 1971 itu. "Tidak banyak masyarakat yang memanfaatkan momen menumpang Parahyangan pada pekan terakhirnya di jalur Jakarta-Bandung, jumlah penumpang normal-normal saja," ujarnya. Menurut dia, KA Parahyangan biasanya penuh pada Senin pagi untuk pemberangkatan ke Jakarta. Meski demikian, KA Parahyangan tetap akan menjadi KA legendaris yang dikenang sepanjang sejarah KA di jalur Bandung-Jakarta. Namun bagi para penumpang KA Parahyangan, khususnya kelas bisnis, masih bisa menggunakan kereta bisnis yang dirangkaikan dengan KA Argo Gede. Bambang mengatakan, KA Argo Gede yang akan melayani jalur Bandung-Jakarta nantinya dilengkapi kereta bisnis sehingga rangkaiannya terdiri dari satu lokomotif, empat kereta eksekutif, dua kereta bisnis dan satu kereta makan. "Kelas Bisnis tetap ada di jalur Bandung - Jakarta, sehingga pelanggan kelas bisnis itu tak kehilangan tumpangan favorit mereka," tuturnya. Menurut pengamatan Suara Karya belakangan penumpang memang banyak beralih ke KA Argo Gede, perbedaan harga yang tidak begitu signifikan membuat penumpang memilih kereta yang lebih baik. Kalau tiket KA Parahyangan Rp 25 ribu untuk sekali jalan, KA Argo Gede hanya Rp 45 ribu di hari biasa dan Rp 55 ribu saat weekend. Belum lagi dengan makin menjamurnya biro jasa travel, yang mempunyai waktu tempuh lebih cepat. Maka, tak heran kalau PTKA menutup operasional KA itu. KA Parahyangan sendiri dipastikan beralih ke jalur Bandung-Malang PP dengan nama baru KA Malabar, yang diambil dari salah satu gunung di Jawa Barat yakni Gunung Malabar di kawasan Kabupaten Bandung Barat. Pada kesempatan itu, sejumlah pengguna KA Parahyangan mengaku kehilangan dengan dihapuskannya KA tersebut. Mereka berharap memiliki cenderamata khusus terkait KA Parahyangan. "Kami berharap PTKA memberikan cenderamata khusus terkait perpisahan KA Parahyangan, jadi tak sekadar karcis terakhir saja yang bisa kami koleksi," kata Ridwan, penumpang KA Parahyangan asal Antapani. Diketahui, KA Parahyangan merupakan KA legendaris di jalur Bandung-Jakarta. KA Parahyangan mencapai puncak kejayaanya pada tahun 1990-an hingga sebelum 2004. Karenanya, tak heran kalau penghentian beroperasinya kereta itu cukup membuat sedih pelanggannya. Karim, seorang mahasiswa di Bandung mengatakan, nasi goreng sajian KA Parahyangan cukup ngangenin. Mahasiswa semester VI salah satu perguruan tinggi di Kota kembang itu boleh dibilang penumpang langganan KA Parahyangan. "Murah dan cukup nyaman," ujarnya. Sementara Mila, penumpang langganan lainnya mengemukakan, KA Parahyangan masih menjadi alternatif utama untuk bepergian ke Bandung. "Lewat tol masih sering macet. Pakai kereta ini enak, murah dan pemandangan yang dilewatinya indah," katanya. Macet atau tidak macetnya tol, ternyata dibukanya akses jalur Cipularang memang mempengaruhi jumlah penumpang KA berwarna putih bergaris biru itu. Bahkan menurut data terakhir dari PTKA, KA Parahyangan mengalami kerugian Rp 36 miliar per tahun akibat okupansinya yang tinggal 50 persen. Terkait hal itu, Kepala Stasiun Gambir Sofyan Hasan mengatakan, pihaknya sudah melakukan sosialisasi terkait penghapusan KA Parahyangan. "Kalau memang ada yang memesan tiket pada pemberangkatan tanggal 27 April sudah tidak bisa lagi, yang ada kami alihkan ke KA Argo Gede," katanya.
0 komentar:
Posting Komentar